28 Februari 2010...
“Toni! Airnya jangan dibuang-buang!!!” terdengar sebuah seruan dari dalam rumah. Ibu. Beliau meneriakiku yang sedang main pistol-pistolan air dengan Rafa, sepupu kecilku.. Ah, masa bodohlah! Siapa peduli. Orang lagi seru main sama sepupu juga. Ibu geleng-geleng kepala melihat ulahku. Aku pun begitu. Semakin dilarang, aku semakin berniat menentangnya.
“Toniii!!! Kamu nggak dengar ya?! Ibu bilang apa?!!! Berhenti!!!” Hellooo!!! Aku muak! Kenapa sih, aku dilarang-larang main air. Semua warga bumi juga tahu, jumlah air kan unlimited. Belom lagi kalo kutub mencair. Jadi, kalopun aku mau main air sebanyak yang aku mau, itu nggak ada pengaruhnya.
“Sudah! Berhenti! Cepat masuk, ganti baju!” perintah ibu sambil menarikku dan menjewer telingaku. Ah! Sebal!!!
***
21 Januari 2050...
Itulah gambaranku 40 tahun yang lalu. Sekarang aku telah berumur 57 tahun. Dan aku menjadi satu-satunya orang tertua di dunia dan masuk Guinness World Record. Namun, walaupun aku berumur 57 tahun, keadaanku sangatlah berbeda dengan orang-orang yang seusia denganku saat 40 tahun yang lalu. Kini aku bertubuh sangatlah kurus. Kulitku penuh koreng dan pecah-pecah karena dehidrasi dan sinar uv matahari yang kini semakin membahayakan. Ginjalku sudah rusak. Hal ini dikarenakan aku hanya minum 1,5 gelas air perhari. Rambutku botak dan aku telah mengalami kebutaan. Aku sudah tak mempunyai istri. Istriku meninggal di umur 38 tahun. Sekarang, rata-rata angka kematian umum terjadi di umur 30 tahunan. Kini, aku hanya tinggal berdua dengan putri tunggalku, Sarah yang masih berumur 12 tahun.
Dahulu, rambut yang indah adalah kebanggaan semua perempuan. Namun kini, orang-orang di bumi harus mencukur habis rambut mereka untuk membersihkan kepala tanpa menggunakan air.
“Ayah, ini ayah. Handuknya sudah siap,” anak perempuanku, Sarah menyodorkan sebuah handuk basah kepadaku. Aku miris melihat nasib anakku. Tiap hari, ia bekerja untukku. Bekerja. Sekarang bekerja demi uang bukanlah hal yang dicari. Bekerja demi air. Semua orang sekarang bekerja hanya untuk sebotol air per harinya. Itulah gaji kami sekarang di tahun 2050.
Anakku Sarah, kemudian mengusapkan handuk basah tersebut ke sekujur tubuhku. Ya, sekarang kami mandi tidak memerlukan satu ember air ataupun sumur apalagi air ledeng. Kami semua sekarang mandi dengan selembar handuk basah yang diusapkan di sekujur tubuh kami.Aku menangis dalam kebutaanku. Walaupun aku tak dapat melihat, namun aku dapat merasakan kegersangan dimana-mana.
Aku teringat disaat aku berumur 5 tahun semua sangat berbeda, masih banyak pohon di hutan dan tanaman hijau di sekitar, setiap rumah punya halaman dan taman yang indah. Sekarang, sungai, danau, bendungan dan air bawah tanah semuanya telah tercemar atau sama sekali kering. Pemandangan sekitar yang terlihat hanyalah gurun-gurun pasir yang tandus.
Aku masih teringat perkataanku saat aku masih kecil dahulu
0 komentar:
Posting Komentar