“Apa? Dijodohin?” ucapku kaget.
“Loh? Kok? Kamu kenapa sekaget itu deh? Bukannya minggu lalu kamu yang minta mas cariin jodoh?” Mas Reno malah balik bertanya dengan polosnya.
“Hm… Iya sih, tapi aku gak nyangka kalau secepat ini.” suaraku kembali melembut, aku mulai bisa mengendalikan emosiku. “Emang siapa Mas calonnya?” tanyaku penasaran.
“Teman mas waktu SMA.”
“Temen SMA? Aku kenal gak Mas? Anak rohisnya?”
Mas Reno tidak menjawab semua pertanyaanku, dia hanya diam dan tertawa meski aku memaksanya. “Udah, kamu shalat istikharah dulu gih sana, kalau ternyata dari istikharah kamu berkata iya, berarti perjodohan ini akan berlanjut pada pernikahan, tapi jika jawabannya tidak, ya cukup sampai di sini.”
“Tapi, tapi, aku mau tau dulu siapa calonnya, biar bisa di istikharah-in.”
“Justru ketika kamu sudah tau orangnya, istikharahnya bisa terganggu karena kamu akan menilai dari profil si ikhwannya juga, iya kan?”
***
Aku dan Mas Reno hanya selisih umur 2 tahun. Aku bersekolah di sekolah yang sama dengan Mas Reno ketika aku SMA. Berarti kemungkinan terbesarnya aku mengenal ikhwan yang akan menjadi suamiku nanti, tapi siapa ya? Apa yang sering main ke rumah? Atau jangan-jangan… orang itu? Argh… siapa pun orangnya asal bukan dia, aku terima.
Aku meminta waktu seminggu untuk shalat istikharah. Di setiap malam-malam ku, aku mengakhirinya dengan shalat istikharah. Berharap Allah menunjukkan jalan terbaiknya untukku.
Tapi, ini sudah hari ke enam, Allah masih belum memberikan satu pun tanda-tandanya. Kalau nanti malam Allah tak memberikan jawaban juga, aku bingung akan bilang apa ke Mas Reno.
***
“Gimana de? Apa jawabannya?”
Aku mengangguk sebagai tanda persetujuanku. Semalam aku bermimpi, aku mengenakan gaun pengantin dan menikah, meskipun aku tak bisa melihat siapa orang yang bersanding denganku. Aku pikir ini adalah jawaban yang Allah berikan untukku. Petunjuk terbaik-Nya.
“Barakallah,.. Ya udah, mas mau sms ikhwannya dulu.”
***
Ternyata, ikhwan yang dijodohkan denganku adalah orang itu, orang yang paling aku benci. Entah kenapa aku sangat membencinya, mungkin karena kata-kata serta sikapnya yang selalu acuh padaku.
Aku sempat menolak keras perjodohan itu. Tapi, Mas Reno kembali mengingatkanku “Bukankah ini jawaban atas istikharahmu?”
Perjodohan itu akhirnya berujung pada pernikahan. Ikhwan itu kini sah sebagai suamiku...
2 komentar:
Follback ya
follback blog saya yg super-butterfly.blogspot.com
Posting Komentar